REAKSI OKSIDASI - REDUKSI (REDOKS) BAGIAN II
Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan
Oksidasi
Pada bahasan
sebelumnya, kita sudah mengetahui konsep reaksi redoks berdasarkan pengikatan
dan pelepasan oksigen, hidrogen atau elektron. Kita juga sudah mempelajari cara
penentuan bilangan oksidasi. Pada bagian II, ini kita akan mempelajari tentang
reaksi oksidasi – reduksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi unsur-unsur
yang terlibat dalam reaksi.
Bagaimanakah bilangan oksidasi dapat menjelaskan reaksi redoks?
Sekarang, perhatikanlah reaksi berikut:
2SO2(g)
+ O2(g) ⎯⎯→ 2SO3(g)
Berdasarkan konsep pengikatan dan
pelepasan oksigen, maka reaksi tersebut tergolong reaksi oksidasi, dimana
oksigen diikat oleh SO2, sehingga berubah menjadi SO3
(cirinya: jumlah O yang diikat oleh S bertambah). Tapi jika dilihat berdasarkan
konsep transfer elekron, maka reaksi tersebut tidak tergolong reaksi oksidasi
atau reduksi, karena pada reaksi tersebut tidak terjadi transfer electron.
Pembentukan SO3 diatas terjadi bukan melalui ikatan ion (transfer
electron), melainkan melalui penggunaan bersama pasangan elektron membentuk
ikatan kovalen. Oleh karenanya reaksi tersebut tidak dapat dijelaskan dengan
konsep transfer elektron. Sebenarnya, reaksi-reaksi seperti itu masih banyak, di
antaranya:
a) CO2 (g)+4H2 (g) → CH4
(g) + 2H2O (l)
b) I2(g)+3Cl2(g) → 2ICl3(g)
c) Cu(s)+HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq)+NO2(g)+H2O(l)
d) Na2S2O3(aq)+2HCl(aq) → 2NaCl(aq)+
H2O()+ SO2(g)+ S(s)
Oleh karena banyak reaksi redoks
yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep pengikatan oksigen maupun transfer
elektron maka para ahli kimia mengembangkan konsep alternatif, yaitu perubahan
bilangan oksidasi. Menurut konsep ini, jika dalam reaksi bilangan oksidasi atom
meningkat maka atom tersebut mengalami oksidasi. Sebaliknya, jika bilangan
oksidasinya turun maka atom tersebut mengalami reduksi.
Oksidasi = meningkatnya/ naiknya
bilangan oskidasi suatu unsur
Reduksi = berkurangnya/ turunnya bilangan oksidasi
suatu unsur
Perhatikan contoh-contoh berikut:
Pada contoh-contoh di bawah ini kalian dapat mempelajari reaksi
oksidasi dan reduksi secara parsial (reduksi saja) dan oksidasi saja.
Oksidasi:
Na → Na+ (Biloks
Na naik dari 0 (Na) menjadi +1 (Na+))
Cl– → Cl2 (Biloks Cl naik dari –1 (Cl–)
menjadi 0 (Cl2))
CO → CO2 (Biloks C naik dari +2 (CO) menjadi +4 (CO2))
SO2 → SO42– (Biloks S naik dari +4 (SO2)
menjadi +6 (SO42–)
Cr3+ → K2Cr2O7 (Biloks Cr naik dari +3 (Cr3+)
menjadi +6 (K2Cr2O7)
Reduksi:
O2 → O2– (Biloks
O turun dari 0 (O2) menjadi -2 (O2–))
ClO– → Cl2 (Biloks Cl turun dari +1 (ClO–)
menjadi 0 (Cl2))
N2O5 → NO2 (Biloks N turun dari +5 (N2O5) menjadi +4 (NO2))
MnO4-→ Mn2+ (Biloks Mn turun dari +7 (MnO4-) menjadi +2 (Mn2+)
Cu2+ → Cu2O (Biloks Cu turun dari +2 (Cu2+)
menjadi +1 (Cu2O)
Sekarang mari kita lihat lagi reaksi di atas. Untuk mengetahui suatu
reaksi tergolong reaksi redoks atau bukan menurut konsep perubahan bilangan oksidasi
maka perlu diketahui biloks dari setiap atom, baik dalam pereaksi maupun hasil
reaksi. Perhatikan diagram reaksi berikut
2SO2(g)
+ O2(g) ⎯⎯→ 2SO3(g)
+4 0 +6
Berdasarkan aturan penentuan bilangan oksidasi unsur, maka biloks
dari S dalam SO2 adalah +4, Biloks O dalam O2 adalah 0,
dan Biloks S dalam SO3 adalah +6. (Pelajari kembali cara penentuan biloks unsur!!!)
Dengan demikian, berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
a)
atom S mengalami kenaikan biloks
dari +4 menjadi +6, peristiwa ini disebut oksidasi;
b)
atom O mengalami penurunan biloks
dari 0 menjadi –2, peristiwa ini disebut reduksi.
Dengan demikian, reaksi tersebut
adalah reaksi redoks.
Manakah reduktor dan oksidator pada reaksi di atas?
Oleh karena molekul
O2 menyebabkan molekul SO2
teroksidasi maka molekul O2 adalah oksidator. Molekul O2 sendiri
mengalami reduksi akibat molekul SO2 sehingga SO2 disebut
reduktor.
Untuk lebih memahami reaksi oksidasi reduksi perhatikanlah tayangan di bawah ini
pelajari pula contoh-contoh reaksi redoks di bawah ini.
Contoh 1:
Tentukan manakah oksidasi dan reduksi serta reduktor dan oksidator
pada reaksi
berikut:
CO2(g) + 4H2(g) → CH4(g) + 2H2O(g)
Jawab
Tentukan biloks setiap atom.
Dalam CO2, biloks O = –2 dan C = +4.
Dalam H2, biloks H = 0
Dalam CH4, biloks H = +1, dan C = –4
Dalam H2O, biloks H = +1 dan O = –2
Atom C mengalami penurunan biloks dari +4 menjadi –4 (reduksi) dan atom H
mengalami kenaikan biloks dari 0 menjadi +1 (oksidasi).
Sebagai reduktor adalah molekul H2 dan sebagai
oksidator adalah molekul CO2.
Contoh 2:
Perhatikan reaksi redoks berikut:
Sn + 4HNO3 ⎯⎯→ SnO2 + 4NO2 +H2O
Tentukan Oksidator, reduktor, hasil oksidasi dan hasil reduksinya
Jawab
Tentukan biloks setiap atom yang terlibat dalam reaksi.
Ingat! Biloks H dalam HNO3
dan H2O = +1, Biloks O dalam semua senyawa di atas adalah –2, dengan
demikian:
Dalam Sn, biloks Sn = 0
Dalam HNO3, biloks N = +5
Dalam SnO2, biloks Sn = +4
Dalam NO2, biloks N = +4
Dengan demikian, atom Sn mengalami kenaikan biloks dari O (dalam
Sn) menjadi +4 (dalam SnO2) berarti Sn mengalami oksidasi. Sn adalah
reduktornya.
Atom N mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +5 (dalam HNO3)
menjadi +4 (dalam NO2). Berarti N mengalami reaksi reduksi. HNO3
adalah oksidatornya.
Sn setelah teroksidasi berubah jadi SnO2, maka SnO2
adalah hasil oksidasi.
HNO3 setelah tereduksi berubah jadi NO2,
maka NO2 adalah hasil reduksi.
REAKSI AUTOREDOKS
Mungkinkah dalam satu reaksi, suatu unsur mengalami reaksi
reduksi dan oksidasi sekaligus? Satu
unsur dalam suatu reaksi mungkin saja mengalami reaksi reduksi dan
oksidasi sekaligus. Hal ini karena ada unsur yang mempunyai bilangan oksidasi
lebih dari satu jenis. Reaksi redoks di mana satu unsur mengalami reaksi
reduksi dan oksidasi
sekaligus disebut reaksi autoredoks.
Contoh:
Cl2 + 2 KOH → KCl + KClO + H2O
Bagaimana dengan reaksi berikut:
Apakah reaksi berikut termasuk reaksi autoredoks atau bukan?
Jelaskan!
2 H2S + SO2 → 3 S +
2 H2O
Jawab:
Biloks S dalam H2S adalah –2
Biloks S dalam SO2 adalah +4
Biloks S sebagai S adalah 0
Pada reaksi ini, biloks S berubah dari – 2 (dalam H2S)
menjadi 0 (dalam S). Dengan demikian terjadi oksidasi dari H2S
menjadi S. Berarti pula H2S bertindak sebagai reduktornya. Sementara
itu, biloks S juga berubah dari +4 (dalam SO2) menjadi 0 (dalam S), dalam
hal ini terjadi reduksi dari SO2 menjadi S, dan ini berarti SO2
bertindak sebagai oksidatornya. Hasil oksidasi dan reduksi dari reaksi redoks
diatas adalah zat yang sama yaitu S.
Perhatikanlah bahwa reaksi autoredoks dapat terjadi ketika
oksidator atau reduktornya adalah zat yang sama atau hasil oksidasi dan
reduksinya adalah zat yang sama. Reaksi autoredoks dimana zat yang bertindak
sebagai oskidator dan reduktornya sama dinamakan juga reaksi disproporsionasi,
sementara reaksi redoks dimana hasil reduksi dan oksidasinya sama dinamakan
reaksi konproporsionasi.
APLIKASI REDOKS DALAM
PENAMAAN SENYAWA
Konsep Bilangan Oksidasi selain dapat
menjelaskan tentang reaksi oksidasi – reduksi, juga dapat digunakan untuk
menjelaskan tatanama senyawa.Tata nama yang mengungkapkan atau menuliskan harga
bilangan oksidasi unsurnya yaitu untuk senyawa-senyawa yang dibentuk oleh
logam-logam yang mempunyai lebih dari satu harga bilangan oksidasi misalnya
logam-logam transisi.
Bilangan
oksidasi Fe : + 2, +3
Bilangan
oksidasi Cu : + 1, +2
Bilangan
oksidasi Mn : +2, +3, +4, +6, +7
Bilangan
oksidasi Cr : +2, +3, +6
Tata nama untuk senyawa dari unsur-unsur
tersebut ada dua cara yaitu sebagai berikut.
Menyebutkan
nama logam dalam bahasa Indonesia, diikuti dengan bilangan oksidasi logam dalam
tanda kurung, kemudian nama suku pertama nonlogam yang dirangkai dengan akhiran
–ida. Misalnya tembaga mempunyai dua macam bilangan oksidasi, yaitu Cu+ dan Cu2+,
contoh tata nama senyawanya yaitu sebagai berikut.
Rumus Senyawa Nama
Senyawa
Cu2O Tembaga(I) oksida
CuO Tembaga(II) oksida
CuS Tembaga(II) sulfida
Menyebutkan nama logam dalam bahasa
Latin dengan akhiran –o untuk logam yang bilangan oksidasinya rendah dan
akhiran –i untuk logam yang bilangan oksidasinya tinggi, diikuti dengan nama
suku pertama nonlogam yang dirangkai dengan akhiran –ida. Berikut contoh tata
nama senyawa tembaga dengan oksigen.
Rumus Senyawa Nama
Senyawa
Cu2O Cupro oksida
CuO Cupri oksida
Konsep reaksi redoks banyak digunakan dalam proses industri. Beberapa
industri yang sering menggunakan reaksi redoks di antaranya sebagai berikut.
a. Industri
pelapisan logam
Industri
pelapisan logam adalah industri pelapisan logam dengan unsur-unsur lain yang
meningkatkan kualitas logam tersebut. Sebagai contoh pelapisan besi dengan seng
atau krom untuk menjaga besi dari perkaratan, melapisi tembaga dengan emas.
b. Industri
pengolahan logam
Bijih-bijih
logam umumnya terdapat dalam bentuk senyawa oksida, sulfida, dan karbonat.
Bijih-bijih sulfida dan karbonat diubah terlebih dahulu menjadi oksida melalui
pemanggangan. Setelah itu bijih oksida direduksi menjadi logam.
Contoh:
Besi
diperoleh dengan cara mereduksi bijih besi Fe2O3 dengan
reduktor kokas (C) dalam tanur tinggi. C akan teroksidasi menjadi CO dan CO akan
mereduksi Fe2O3 menjadi Fe.
2C + O2 → 2CO
Fe2O3
+ 3CO → 2Fe + 3CO2
c. Industri
aki dan baterai
Aki
dan baterai merupakan sumber energi listrik searah yang bekerja menggunakan
prinsip reaksi redoks.
Reaksi yang terjadi pada aki:
Pb(s) + PbO2(s)
+ 4H+(aq) + 2SO42–(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O(l)
Reaksi yang terjadi pada baterai:
Zn(s)+
2MnO2(s)+2NH4+(aq) → Zn2+(aq)
+ Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
LATIHAN PENGUASAAN KONSEP
1. Tentukan biloks atom dalam senyawa poliatom berikut
a.
KCrO3, K2CrO4,
K2Cr2O7
b. MnSO4, MnO2,
KMnO4
c. Cu(NO3)2,
CuNO2, (NH4)2SO4,(NH4)2Fe(SO4)2
d. KSCN, CH3OH,
PbCO3
2. Berdasarkan konsep perubahan bilangan oksidasi, tentukan
oksidasi dan reduksi serta oksidator dan reduktor dalam reaksi berikut.
a. 2HI(g)
⎯⎯→ H2(g)
+ I2(g)
b. 2H2O() ⎯⎯→ 2H2(g) + O2(g)
c. 2CO2(g)
⎯⎯→ 2CO(g)
+ O2(g)
d. O3(g)
+ NO(g) ⎯⎯→ O2(g)
+ NO2(g)
3. Tentukan bilangan oksidasi setiap atom dalam senyawa berikut,
kemudian tentukan reaksi yang tergolong autoredoks.
a. Cl2(g)
+ H2O() ⎯⎯→ HCl(aq)
+ HClO(aq)
b. 2HNO3(aq)
+ 3Cu2O(s) ⎯⎯→ 6Cu(NO3)2(aq)
+2NO(g) + H2O(l)
c. NH3(g)
+ HCl(g) ⎯⎯→ NH4Cl(g)
d. 3Cu(s)
+ O2(g) ⎯⎯→ Cu2O(s)
+ CuO(s)
e. (NH4)2Cr2O7
(s) ⎯⎯→ N2
(g) + 4H2O (g ) + Cr2O3 (s)
4. Tuliskan tata
nama senyawa-senyawa berikut.
a. Fe2(SO4)3
dan FeSO4
b. CuCl dan CuCl2
c. MnSO4, MnO2,
K2MnO4, KMnO4
d. Cr2O3,
K2CrO4, K2Cr2O7
DAFTAR PUSTAKA
1. Utami, Budi., dkk, 2009, Kimia untuk SMA dan MA Kelas X, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta
2. Setyawati, A. Arifatun, 2009, KIMIA: Mengkaji Fenomena Alam, untuk SMA dan MA Kelas X, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta
3. Sunarya, Yayan, dkk, 2009, Mudah dan Aktif Belajar Kimia, Untuk Kelas X SMA dan MA, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta.
4. Devi, Poppy K., dkk, 2009, Kimia I: Kelas X SMA dan MA, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta
1. Utami, Budi., dkk, 2009, Kimia untuk SMA dan MA Kelas X, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta
2. Setyawati, A. Arifatun, 2009, KIMIA: Mengkaji Fenomena Alam, untuk SMA dan MA Kelas X, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta
3. Sunarya, Yayan, dkk, 2009, Mudah dan Aktif Belajar Kimia, Untuk Kelas X SMA dan MA, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta.
4. Devi, Poppy K., dkk, 2009, Kimia I: Kelas X SMA dan MA, Pusbuk, Depdikbud, Jakarta

0 komentar:
Posting Komentar